Awan Juga Menangis

Terlalu sering kita melampiaskan kekesalan pada orang lain maupun berbagai hal. Buruk lagi, ketika menyalahkan diri sendiri dan gagal untuk memaafkan.

Bukankah membuat kesalahan adalah yang membuat manusia, manusia?
Suatu kemampuan istimewa bagi manusia untuk dapat belajar dari pengalamannya sendiri. Setiap hal yang ia alami menjadikannya manusia yang baru setiap harinya.

Penerimaan diri dan kemudian bangkit lagi merupakan keistimewaan yang lebih tinggi. Tidak semua orang bisa, karena lebih mudah menyalahkan, meratapi, menyesali dan putus asa dibandingkan mengumpulkan energi untuk memulai, menumbuhkan, merawat dan berjuang.

Awan terbentuk dari kumpulan uap air yang kemudian naik ke langit tinggi dan memadat sehingga membentuk awan. Awan-awan ini terkumpul berkat bantuan angin menuju ke lapisan langit yang suhunya lebih rendah atau dingin yang kemudian membentuk butiran es dan air. Pada akhirnya jika sudah terkumpul banyak dan berat, maka butiran es dan air pun jatuh ke bumi (bahasa kerennya presipitasi). Nah, kalau jatuh di daerah yang suhunya tinggi, jadinya mencair san disebutlah air hujan. Sementara jika jatuh di daerah yang suhunya rendah/dingin akan turun sebagai es/salju.
Setelah itu, berulanglah siklus hujan dimulai dari  penguapan air yang ada di bumi.

Belajar dari siklus hujan, kita pun perlu memiliki siklus yang harus terus berlangsung selama kita masih hidup. Bayangkan jika air hujan tidak diserap dan menguap, sudah pasti banjir tidak surut. Bisa-bisa kita jadi ikan duyung semua nantinya.

Bagaimana dengan kita? Jika terus menerus meratap dan menyalahkan sekitar karena kita sedang jatuh, sedih, kecewa, maka kita tidak akan bisa menyerap pelajaran/belajar dari pengalaman. Boleh saja bersedih, namun secukupnya saja. Saat sudah mengendap atau bermuara ke laut, maka semangat harus kita bangkitkan lagi, seperti matahari yang menguapkan air. Lantas kita akan naik ke langit yang tinggi dan mencapai yang kita inginkan.

Semua ada prosesnya, tinggal bagaimana kesiapan kita untuk menjalani proses itu.

Diterbitkan oleh Neeya

A Tarot Reader, Graphic Designer, Life Coach, Mindfulness Practitioner, Life Enjoyer, Divine being and Universe Lover.

Tinggalkan komentar